jam

Senin, 14 Januari 2013

KECERDASAN JAMAK

KECERDASAN JAMAK




(Oleh A. NUR KHOLIS)
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gardner cs, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami kecelakaan dan ternyata ada pengaruhnya terhadap otaknya. Misalnya, seseorang yang rusak ‘bagian’ depan otaknya, maka kecerdasan linguistiknya rusak, sehingga ia sukar berbicara, membaca, dan menulis, namun ia masih bisa melakukan matematika, menyanyi menari, dan berhubungan dengan orang lain. Gardner menyimpulkan bahwa ada paling tidak tujuh daerah yang otonom dalam sistem otak dan masing-masing mempengaruhi satu macam kecerdasan dan mempengaruhi keberadaan anak ’super’.
Pada seseorang jika ada satu perangkat kecerdasan yang sangat tinggi membuat orang itu lemah dalam beberapa kecerdasan lainnya. Misalnya, seseorang yang tinggi logika-matematikanya, lemah dalam berkomunikasi, fungsi berbahasanya. Setiap kecerdasan pada anak usia dini muncul pada saat tertentu sesuai irama perkembangannya seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1971) yang merentang dari fase sensorimotor (0-2 tahun), fase praoperasional (2-7 tahun), fase operasi kongkrit (7-12 tahun) dan fase operasi formal (12 sampai usia dewasa).
Fakta sejarah yang menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan jamak ditunjang oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan kecerdasan jamak. Hal ini dapat dilihat dari gambar-gambar di gua-gua kuno. Selain alasan tersebut di atas temuan psikometrik menunjang keberadaan intelligensi jamak hal ini dapat dilihat dari materi menggali informasi dan kosa kata di dalam tes baku IQ.
Selain fakta sejarah di atas alasan selanjutnya adalah berbagai temuan penelitian yang berkaitan dengan psikologi eksperimental yang mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan khusus dalam membaca belum tentu dapat mentransfer kemampuan tersebut ke dalam logika matematika. dengan baik. Selain hal tersebut terdapat adanya operasi inti atau seperangkat operasi masing-masing intelegensi., seperti pada kecerdasan musik, kecerdasan ini ditunjang oleh kepekaan dalam membedakan berbagai struktur irama. Selanjutnya kecerdasan bodily kinesthetic, ditunjang oleh kemampuan meniru gerakan tubuh orang lain, kemampuan membangun rutinitas gerakan motorik halus.
Lazaer (2000:7) mengemukakan bahwa kecerdasan jamak (multiple Inteligences) merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang intelligensi yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas.
Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Teori tentang Multiple Intellegence ini berasal dari Howard Gardner. beliau menuliskan teorinya ini dalam buku yang ramai dibicarakan oleh kalangan umum saat itu (1983) berjudul Frames of Mind. Gardner pada awalnya menyebutkan ada tujuh kecerdasan dalam bukunya itu. Selanjutnya Gardner menambahkannya menjadi 8 kecerdasan.
              Sebelum berangkat lebih jauh kita kembali ke definisi intelegensi (kecerdasan). Menurut Woolfolk (2009) kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia sekitar. Para penulis dan ahli lainnya juga banyak berpendapat hampir sama, menurut Santrock (2008) intelegensi (kecerdasan) adalah keterampilan menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.Cara mengukur intelegensi ini menggunakan sebuah test yang dikenal dengan tes IQ, yang dipelepori oleh Alfred Binet.
              Rupanya beberapa pihak dan para ahli ini pun ada yang tidak sreg dengan skor tunggal dari tes IQ ini. Tes ini dianggap hanya menggambarkan kemapuan intelektual atau kognitif saja dan mengabaikan kemampuan lain dalam diri manusia. Yaitu Gardner tahun 1983 tentang teori kecerdasan jamak berusaha mengungkapkan kemampuan mental lain dalam diri manusia dari pengalamannya dalam penelitian orang-orang yang mengalami kerusakan otak (Gardner, 2003). Carrol, 1997 seperti yang dinyatakan oleh Woolfolk (2009) mengenalkan tiga tingkat intelegensi , yaitu kemampuan umum, beberapa kemampuan luas (termasuk intelegensi cair dan intelegensi terkristal) dan beberapa kemampuan spesifik (ada sekitar 70). Lalu Stenberg seperti yang dikutip oleh Santrock 2008 dan Jamaris 2010 mengatakan dalam Triartic Theory of Intellegence bahwa ada 3 jenis intelegensi yaitu intelegensi analitis, kreatif, intelegensi kreatif dan intelegensi praktis. Tahun 1990 Mayor dan Salovey memulai konsep mengenai Emotional Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya Emotional Intellegence. Kemudian Zohar dan Marshall tahun 1997 mengungkapkan istilah spiritual intelligence (SQ).
              Jadi akhir-akhir ini orang mulai mempertanyakan mengenai konsep IQ, terutama hubungannya dengan prestasi di sekolah dan kesuksesan dalam dunia kerja nantinya. Orang dengan IQ tinggi belum tentu berprestasi di sekolah karena banyak juga anak-anak berkategori gifted dengan IQ di atas 130 masuk dalam kategori gifted underachiever yaitu tidak berprestasi. Demikian pula bahwa anak yang dulu berprestasi akademik bagus di sekolah belum tentu sukes dalam bisnis dan pekerjaannya. Bagitu pula orang tua yang merasa kurang puas dengan hasil skor tes IQ anaknya di sekolah namun merasa anaknya mempunya potensi terutama di bidang-bidang tertentu, mulai tertarik dengan konsep kecerdasan jamak ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Kecerdasan Jamak
Dari segi terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Kecerdasan MI adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat,presentasi pidato,diskusi,tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan kengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist ( kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Kecerdasan jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang dikemukakan Gadner (seperti yang dituliskan Thomas Amstrong “Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah” Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.
B.           Macam-Macam kecerdasan Jamak
1.            Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
 Berikut kiat-kiat mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini :
a.    Mengajak anak berbicara sejak bayi
b.    Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi
c.    Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak
d.    Bermain peran
e.    Memperdengarkan dan memperkenalkan lagu anak-anak
2.            Kecerdasan Logika Matematika (Number / Reasoning) Smart)
Kecerdasan logika matematika merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka dan logika. Cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain dengan cara :
a.    Bermain puzzle, permainan ular tangga, domino dll
b.    Mengenal bentuk geometri
c.    Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
d.    Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
e.    Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika
3.            Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai berikut :
a.    Mencorat coret
b.    Menggambar dan melukis
c.    Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan
d.    Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak
e.    Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
f.     Mengatur dan merancang
4.            Kecerdasan Kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya. Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai berikut :
a.    Menari
b.    Bermain peran / drama
c.    Latihan ketrampilanfisik
d.    Olahraga
5.            Kecerdasan Musikal(MusicalSmart)
Kecerdasan musikal adalah kemampuan memahami aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (composer) dan mengekspresikan (penyanyi). Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara lain sebagai berikut :
a.    Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka,buat mereka lebih percaya diri
b.    Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan anak
c.    Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan irama dan birama yang mudah diikuti
6.            Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
Kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama. Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
a.    Mengembangkan dukungan kelompok
b.    Menetapkan aturan tingkah laku
c.    Memberi kesempatan bertanggungjawab dirumah
d.    Bersama-sama menyelesaikan konflik
e.    Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
f.     Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya
g.    Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan social
h.    Melatih kesabaran menunggu giliran
i.      Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu
7.            Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan menulis instropeksi.  Cara mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
a.    Menciptakan citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang rajin membantu ibu”, dll
b.    Ciptakan suasana serta kondisi yang kondusif di rumah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri
c.    Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
d.    Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak
e.    Membayangkan diri di masa datang, lakukan perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti
8.            Kecerdasan Naturalis (Natural Smart)
            Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi bagi pengembangan kecerdasan naturalis yakni :
a.    Jalan-jalan di alam terbuka
b.    Berdiskusi mengenai apa yang terjadi di alam sekitar
c.    Kegiatan ekostudi agar anak memiliki sikap peduli pada alam sekitar
9.    Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.  Cara mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia dini antara lain :
a.    Melalui teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan dalam perilaku baik lisan, tulisan maupun perbuatan
b.    Melalui cerita atau dongeng untuk menggambarkan perilaku baik buruk
c.    Mengamati berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam lainnya
d.    Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata
e.    Membangun sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk ciptaan Tuhan
C.           Faktor- factor yang mempengaruhi Kualitas Kecerdasan
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.    Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.    Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.    Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
D.   Cara Merangsang Kecerdasan Jamak
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
           
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
            Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
            Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.
            Merangsang kecerdasan spritual dengan cara melakukan kegiatan ibadah bersama-sama dan memberitahu sikap yang di perintahkan dan yang dilarang oleh Allah SWT.
            Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang jamak.
BAB III
SIMPULAN
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian, anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi yang hanya mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal linguistik dan logis matematis. Akan tetapi anak memiliki sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan, yakni kecerdasan jamak.
Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan yang menyatakan bahwa individu memiliki paling tidak 8 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Masing-masing kecerdasan dapat berkembang optimal secara bersamaan jika mendapat kesempatan untuk di kembangkan. Teori kecerdasan jamak perlu dipahami oleh guru, orang tua dan para pendidik lainnya agar dapat membantu mengembangkan macam-macam kecerdasan yang dimiliki anak. Jadi tidak hanya mengembangkan kecerdasan verbal linguistik dan logis matematis saja. Kecerdasan jamak dapat diaplikasikan dengan berbagai cara dan berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner,Howard. Frames of Mind. The Theory of Multiple Inteligences. New York: Basic Books. 1983
Gardner,Howard. Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindoro. Batam: Interaksara. 2003
Http://paud-um-ceria.blogspot.com/2010/10/dasar-dan-kerangka-dari-teori.html
Nurlaila N.Q. dan Yul Iskandar. Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) untuk mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.2004

0 komentar:

Posting Komentar