KECERDASAN JAMAK
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Gardner cs, ditemukan bahwa seseorang yang
mengalami kecelakaan dan ternyata ada pengaruhnya terhadap otaknya. Misalnya,
seseorang yang rusak ‘bagian’ depan otaknya, maka kecerdasan linguistiknya
rusak, sehingga ia sukar berbicara, membaca, dan menulis, namun ia masih bisa
melakukan matematika, menyanyi menari, dan berhubungan dengan orang lain.
Gardner menyimpulkan bahwa ada paling tidak tujuh daerah yang otonom dalam
sistem otak dan masing-masing mempengaruhi satu macam kecerdasan dan
mempengaruhi keberadaan anak ’super’.
Pada
seseorang jika ada satu perangkat kecerdasan yang sangat tinggi membuat orang
itu lemah dalam beberapa kecerdasan lainnya. Misalnya, seseorang yang tinggi
logika-matematikanya, lemah dalam berkomunikasi, fungsi berbahasanya. Setiap
kecerdasan pada anak usia dini muncul pada saat tertentu sesuai irama
perkembangannya seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1971) yang merentang dari
fase sensorimotor (0-2 tahun), fase praoperasional (2-7 tahun), fase operasi
kongkrit (7-12 tahun) dan fase operasi formal (12 sampai usia dewasa).
Fakta
sejarah yang menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan jamak ditunjang oleh
hasil penelitian yang menemukan bahwa sejak zaman dahulu manusia telah
menggunakan kecerdasan jamak. Hal ini dapat dilihat dari gambar-gambar di
gua-gua kuno. Selain alasan tersebut di atas temuan psikometrik menunjang
keberadaan intelligensi jamak hal ini dapat dilihat dari materi menggali
informasi dan kosa kata di dalam tes baku IQ.
Selain
fakta sejarah di atas alasan selanjutnya adalah berbagai temuan penelitian yang
berkaitan dengan psikologi eksperimental yang mengemukakan bahwa seseorang yang
memiliki kemampuan khusus dalam membaca belum tentu dapat mentransfer kemampuan
tersebut ke dalam logika matematika. dengan baik. Selain hal tersebut terdapat
adanya operasi inti atau seperangkat operasi masing-masing intelegensi.,
seperti pada kecerdasan musik, kecerdasan ini ditunjang oleh kepekaan dalam
membedakan berbagai struktur irama. Selanjutnya kecerdasan bodily kinesthetic,
ditunjang oleh kemampuan meniru gerakan tubuh orang lain, kemampuan membangun
rutinitas gerakan motorik halus.
Lazaer
(2000:7) mengemukakan bahwa kecerdasan jamak (multiple Inteligences) merupakan
perkembangan mutakhir dalam bidang intelligensi yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas.
Dari segi
terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak
itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak
dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang
menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Teori tentang Multiple
Intellegence ini berasal dari Howard Gardner. beliau menuliskan teorinya ini
dalam buku yang ramai dibicarakan oleh kalangan umum saat itu (1983) berjudul
Frames of Mind. Gardner pada awalnya menyebutkan ada tujuh kecerdasan dalam
bukunya itu. Selanjutnya Gardner menambahkannya menjadi 8 kecerdasan.
Sebelum berangkat lebih
jauh kita kembali ke definisi intelegensi (kecerdasan). Menurut Woolfolk (2009)
kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan
untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia sekitar. Para penulis
dan ahli lainnya juga banyak berpendapat hampir sama, menurut Santrock (2008)
intelegensi (kecerdasan) adalah keterampilan menyelesaikan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.Cara
mengukur intelegensi ini menggunakan sebuah test yang dikenal dengan tes IQ,
yang dipelepori oleh Alfred Binet.
Rupanya beberapa pihak dan para
ahli ini pun ada yang tidak sreg dengan skor tunggal dari tes IQ ini. Tes ini
dianggap hanya menggambarkan kemapuan intelektual atau kognitif saja dan
mengabaikan kemampuan lain dalam diri manusia. Yaitu Gardner tahun 1983 tentang
teori kecerdasan jamak berusaha mengungkapkan kemampuan mental lain dalam diri
manusia dari pengalamannya dalam penelitian orang-orang yang mengalami
kerusakan otak (Gardner, 2003). Carrol, 1997 seperti yang dinyatakan oleh
Woolfolk (2009) mengenalkan tiga tingkat intelegensi , yaitu kemampuan umum,
beberapa kemampuan luas (termasuk intelegensi cair dan intelegensi terkristal)
dan beberapa kemampuan spesifik (ada sekitar 70). Lalu Stenberg seperti yang
dikutip oleh Santrock 2008 dan Jamaris 2010 mengatakan dalam Triartic Theory of
Intellegence bahwa ada 3 jenis intelegensi yaitu intelegensi analitis, kreatif,
intelegensi kreatif dan intelegensi praktis. Tahun 1990 Mayor dan Salovey
memulai konsep mengenai Emotional Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh
Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya Emotional Intellegence. Kemudian Zohar
dan Marshall tahun 1997 mengungkapkan istilah spiritual intelligence (SQ).
Jadi akhir-akhir ini orang mulai
mempertanyakan mengenai konsep IQ, terutama hubungannya dengan prestasi di
sekolah dan kesuksesan dalam dunia kerja nantinya. Orang dengan IQ tinggi belum
tentu berprestasi di sekolah karena banyak juga anak-anak berkategori gifted
dengan IQ di atas 130 masuk dalam kategori gifted underachiever yaitu tidak
berprestasi. Demikian pula bahwa anak yang dulu berprestasi akademik bagus di
sekolah belum tentu sukes dalam bisnis dan pekerjaannya. Bagitu pula orang tua
yang merasa kurang puas dengan hasil skor tes IQ anaknya di sekolah namun
merasa anaknya mempunya potensi terutama di bidang-bidang tertentu, mulai
tertarik dengan konsep kecerdasan jamak ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Jamak
Dari segi
terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak
itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak
dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).
Teori
Multiple Intelligences bertujuan untuk
mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap
siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993)
menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki
banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk
masa depan seseorang.
Menurut
Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika
logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis.
Kecerdasan
MI adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara
lain verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat,presentasi
pidato,diskusi,tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam
memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi),
bodily-kinesthetic (keterampilan gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan
kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan
memahami dan kengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan
menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist ( kemampuan memahami dan
memanfaatkan lingkungan).
Kecerdasan
jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang dikemukakan Gadner (seperti
yang dituliskan Thomas Amstrong “Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah”
Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis,
kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.
B.
Macam-Macam kecerdasan Jamak
1.
Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan
linguistik merupakan kecerdasan dalam menggunakan kata secara efektif baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu
menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
Berikut kiat-kiat mengembangkan kecerdasan
linguistik pada anak sejak usia dini :
a. Mengajak anak berbicara sejak bayi
b.
Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur
atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi
c.
Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di
sekitar anak
d.
Bermain peran
e.
Memperdengarkan dan memperkenalkan lagu
anak-anak
2.
Kecerdasan Logika Matematika (Number /
Reasoning) Smart)
Kecerdasan
logika matematika merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka dan logika. Cara
mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain dengan cara :
a. Bermain puzzle, permainan ular tangga,
domino dll
b.
Mengenal bentuk geometri
c.
Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan
lagu
d.
Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah
pikir ringan
e.
Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan
konsep matematika
3.
Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan
visual spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar untuk
memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Cara mengembangkan
kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai berikut :
a. Mencorat coret
b.
Menggambar dan melukis
c.
Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan
d.
Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya
pengalaman visual anak
e.
Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
f. Mengatur dan merancang
4.
Kecerdasan Kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan
kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu
atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti
berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya.
Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai berikut :
a. Menari
b.
Bermain peran / drama
c.
Latihan ketrampilanfisik
d. Olahraga
5.
Kecerdasan Musikal(MusicalSmart)
Kecerdasan
musikal adalah kemampuan memahami aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi
(penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (composer) dan
mengekspresikan (penyanyi). Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara
lain sebagai berikut :
a. Beri kesempatan pada anak untuk melihat
kemampuan yang ada pada diri mereka,buat mereka lebih percaya diri
b.
Pengalaman empiris yang praktis, buatlah
penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan anak
c. Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan
syair sederhana dengan irama dan birama yang mudah diikuti
6.
Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
Kecerdasan
interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin,
mengorganisasi, berinteraksi, berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi,
menjadi pendamai, permainan kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama.
Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
a. Mengembangkan dukungan kelompok
b.
Menetapkan aturan tingkah laku
c.
Memberi kesempatan bertanggungjawab dirumah
d.
Bersama-sama menyelesaikan konflik
e.
Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
f.
Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan
teman sebaya
g.
Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman
budaya lingkungan social
h.
Melatih kesabaran menunggu giliran
i. Berbicara serta mendengarkan pembicaraan
orang lain terlebih dahulu
7.
Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
Kecerdasan
intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu
mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri
sendiri. Ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi,
bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat
jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan
menulis instropeksi. Cara mengembangkan
kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
a. Menciptakan citra diri positif, “aku anak
baik”, “saya anak yang rajin membantu ibu”, dll
b.
Ciptakan suasana serta kondisi yang kondusif di
rumah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri
c.
Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
d.
Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan,
kelebihan dan minat anak
e. Membayangkan diri di masa datang, lakukan
perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti
8.
Kecerdasan Naturalis (Natural Smart)
Kecerdasan naturalis adalah
kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora
fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan
kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi bagi pengembangan
kecerdasan naturalis yakni :
a. Jalan-jalan di alam terbuka
b.
Berdiskusi mengenai apa yang terjadi di alam
sekitar
c. Kegiatan ekostudi agar anak memiliki
sikap peduli pada alam sekitar
9. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai
dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya. Cara mengembangkan kecerdasan spiritual pada
anak usia dini antara lain :
a. Melalui teladan dalam bentuk nyata yang
diwujudkan dalam perilaku baik lisan, tulisan maupun perbuatan
b.
Melalui cerita atau dongeng untuk menggambarkan
perilaku baik buruk
c.
Mengamati berbagai bukti-bukti kebesaran Sang
Pencipta seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam
lainnya
d.
Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan
secara nyata
e. Membangun sikap toleransi kepada sesama
sebagai makhluk ciptaan Tuhan
C.
Faktor- factor yang mempengaruhi Kualitas
Kecerdasan
Kecerdasan
multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan
(bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan
berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh
lingkungan terus menerus.
Orangtua
yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung
pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita.
Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan
kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak
tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas,
mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas
jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan
sampai usia sekolah dan remaja.
Tingkat
kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada
beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor Bawaan
Dimana
faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang
bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan
pelatihan yang sama.
2. Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana
pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
Dimana
organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ
manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah
tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
Oleh
karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau
memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal
itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat
dengan faktor umur.
D. Cara Merangsang
Kecerdasan Jamak
Untuk
merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita
berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu
anak-anak dll.
Latih
kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai,
menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu,
teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Kembangkan
kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan
membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle,
rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih
kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan
di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam,
menari, olahraga permainan dll.
Merangsang
kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik,
mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi
inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih
muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat
sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya,
agama melalui buku, TV dll.
Melatih
kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan,
cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
Merangsang kecerdasan naturalis
dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara
binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit,
awan, bulan, bintang dll.
Merangsang
kecerdasan spritual dengan cara melakukan kegiatan ibadah bersama-sama dan
memberitahu sikap yang di perintahkan dan yang dilarang oleh Allah SWT.
Bila anak mempunyai potensi bawaan
berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang
menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan
yang jamak.
BAB III
SIMPULAN
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan
bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam
diri anak. Dengan demikian, anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan
senang hati, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk mempelajarinya. Bermain
mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak
lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan
oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi yang hanya mengukur kemampuan
anak dalam bidang verbal linguistik dan logis matematis. Akan tetapi anak
memiliki sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan,
yakni kecerdasan jamak.
Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan
yang menyatakan bahwa individu memiliki paling tidak 8 jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik,
musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Masing-masing kecerdasan dapat berkembang
optimal secara bersamaan jika mendapat kesempatan untuk di kembangkan. Teori
kecerdasan jamak perlu dipahami oleh guru, orang tua dan para pendidik lainnya
agar dapat membantu mengembangkan macam-macam kecerdasan yang dimiliki anak.
Jadi tidak hanya mengembangkan kecerdasan verbal linguistik dan logis matematis
saja. Kecerdasan jamak dapat diaplikasikan dengan berbagai cara dan berbagai
aspek dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner,Howard. Frames of Mind. The
Theory of Multiple Inteligences. New York: Basic Books. 1983
Gardner,Howard. Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindoro. Batam: Interaksara. 2003
Http://paud-um-ceria.blogspot.com/2010/10/dasar-dan-kerangka-dari-teori.html
Nurlaila N.Q. dan Yul Iskandar. Pendidikan
Anak Dini Usia (PADU) untuk mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta:
Dharma Graha Group.2004
0 komentar:
Posting Komentar